JALAN MERAIH MANISNYA IMAN

๐Ÿ’  ๐Ÿ’

Saudarakufillah... ๐Ÿ™‡๐Ÿ™‡

๐ŸŒบTema sebelumnya kita telah bahas Syarat syarat diterima nya ibadah.

๐ŸŒบDalam Al Quran Surat Al An'am ayat 162 dinyatakan:

~๐Ÿ“–~

"Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam"

๐ŸŒบAyat itu mengingatkan kembali janji kita kepada Allah SWT, dalam shalat kita sering mengulang ulang nya.

๐ŸŒบKita berasal dari Allah dan kembali kepada Allah

๐ŸŒบMenyenangkan pulang kepada Allah...
Menyedihkan bagi orang yang ditinggalkan...

๐Ÿ’Ž Bahagia pulang kepada Allah SWT sebagai suatu hasil Ibadah dan manisnya Iman ๐Ÿ’Ž

๐ŸŒบBanyak manusia mendefinisikan kebahagiaan, namun yang pasti kebahagiaan hakiki bukan pada banyaknya harta, tingginya kedudukan atau status sosial, walaupun kebanyakan manusia menilai kebahagiaan dengan banyaknya dunia yang dikumpulkan.

๐ŸŒบDunia memang dijadikan indah dalam pandangan manusia hingga banyak manusia tertipu dengan hijau dan gemerlapnya dunia.

~๐Ÿ“–~

Allah Swt berfirman,
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Ali Imran: 14)

๐ŸŒบDunia terasa indah sehingga
Mereka mengikat kecintaan  dengannya dalam kelompok tertentu, klub suporter , geng motor, atau ormas yang mencerai-beraikan kaum muslimin.

๐ŸŒบSaudaranya muslim dia benci hanya karena berbeda club atau komunitas, sementara itu seorang fasik atau kafir dia sayangi karena satu komunitas atau ormas.

๐ŸŒบAda seorang suporter yang begitu antusias untuk membela club yang didukung bahkan sampai mengambil waktu dan tenaganya padahal menang atau kalahnya club yang di bela nya tak ada untung atau rugi  bagi mereka, namun kenapa mereka begitu..?
Karena mereka bahagia akan itu, mereka mendapatkan kebahagiaan dari sana.

๐ŸŒบAbdullah bin al-Abbas bin Abdil Muththalib berkata,

“Sungguh, kebanyakan persaudaraan manusia karena urusan dunia (bukan lagi karena Allah), dan yang seperti itu tidaklah memberi manfaat sedikit pun padanya.

๐ŸŒบDunia memang indah, namun benarkah anggapan kebanyakan manusia bahwa dunia adalah kebahagiaan dan puncak keberuntungan?

๐Ÿ’1⃣

Saudaraku yang dirahmati Allah ๐Ÿ™‡๐Ÿ™‡

Mari kita tadabburi firman Allah Swt berikutnya:

~๐Ÿ“–~

Katakanlah, “Maukah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Rabb mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhaan Allah, dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Yaitu) orang-orang yang berdoa, “Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (Ali Imran: 15—16)

๐ŸŒบAyat ini menunjukkan bahwa kebahagiaan yang sesungguhnya adalah dengan iman dan amalan saleh, dengan bertakwa kepada-Nya.

Dalam ayat lain, Allah Swt berfirman,

~๐Ÿ“–~

“Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sungguh akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sungguh akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (an-Nahl: 96)

 ๐Ÿ™‡๐Ÿ™‡ Sahabat Surga

❓Apakah itu Bahagia dengan Iman dan amal shaleh...?
 
๐Ÿ’Ž Hakikat Iman ๐Ÿ’Ž

๐ŸŒบIman bukan sekadar keyakinan atau pengakuan semata.
Al-Hasan al-Bashri  berkata :

“Sesungguhnya iman bukanlah angan-angan atau pengakuan semata, namun iman adalah keyakinan yang tertancap dalam hati dan dibuktikan dengan amalan-amalan.” (Diriwayatkan oleh Ibnul Mubarak dalam az-Zuhd dan al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman [1/80])

๐ŸŒบYa, iman bukan sekadar angan-angan. Iman adalah keyakinan yang kokoh dalam hati yang dibuktikan dengan ucapan lisan dan amal perbuatan.
Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh dalil-dalil al-Kitab dan as-Sunnah.

~๐Ÿ“–~

Allah Swt berfirman,
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, serta orang-orang yang menunaikan zakat….” (al-Mu’minun: 1-4)

๐ŸŒบIman dimisalkan sebagai sebuah pohon yang sangat indah sebagaimana dalam firman Allah Swt,

~๐Ÿ“–~

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Rabbnya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (Ibrahim: 24-25)

๐ŸŒบAsy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di berkata, “Dalam ayat ini, Allah Swt memisalkan kalimat iman kalimat yang paling indah dengan sebuah pohon yang paling indah dengan sifat-sifatnya yang terpuji. Akar-akarnya kokoh, tumbuh dengan sempurna, terus-menerus mengeluarkan buah-buahnya setiap saat dan waktu. Manfaat-manfaatnya pun terus dirasakan pemiliknya dan orang lain.

๐ŸŒบPohon ini berbeda-beda keadaannya sesuai dengan perbedaan kalbu orang-orang yang beriman perbedaan yang disebutkan oleh Allah Swt sifat-sifatnya.

๐ŸŒบMaka dari itu, seorang hamba yang mendapatkan taufik seharusnya terus berupaya mengenali pohon iman itu, mengenali sifat-sifat dan sebab-sebabnya, pokok-pokok dan cabang-cabangnya, kemudian mencurahkan segala kemampuannya untuk mewujudkan pohon iman itu dengan ilmu dan amal.
Sesungguhnya, bagian kebaikan dan keberuntungan seseorang di dunia dan akhirat itu sesuai dengan keadaan pohon iman tersebut.” (at-Taudhih wal Bayan li Syajaratil Iman)

๐Ÿ’2⃣

๐Ÿ™‡๐Ÿ™‡ Saudaraku

 ๐Ÿ’ Manisnya Iman ๐Ÿ’

๐ŸŒบSeseorang akan merasakan manisnya iman bermula manakala di dalam hatinya terdapat rasa cinta yang mendalam kepada Allah dan Rasul-Nya, manisnya akan semakin dirasakan bila seseorang berusaha untuk senantiasa menyempurnakan cintanya kepada Allah, memperbanyak cabang-cabangnya (amalan yang dicintai Allah swt.) dan menangkis hal-hal yang bertentangan dengan kecintaan Allah swt.

❓Apa buktinya bila seseorang telah merasakan manisnya Iman?

๐ŸŒบDari Anas bin Malik, Nabi  bersabda,

“Tiga sifat yang jika ada pada diri seseorang, ia akan meraih manisnya iman: (1) Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, (2) ia mencintai seseorang, tidaklah mencintainya melainkan karena Allah (3) ia membenci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah Swt menyelamatkannya darinya sebagaimana ia benci apabila dilempar ke dalam api.” (HR Bukhari Muslim dengan redaksi Muslim)

๐ŸŒบHadits diatas menjelaskan tiga pilar peraih manis nya Iman..

๐Ÿ”บ 1. Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya

❓Apa yang dirasakan oleh seseorang bila ia telah ridha terhadap Allah, agama dan Rasulnya?

๐ŸŒบ Pertama, Ia akan merasakan “Istildzadz at-Thaa’ah”, lezatnya ketaatan kepada Allah swt., baik dalam shalatnya, tilawah Qur’annya, pakaian dan pergaulan islaminya, perkumpulannya dengan orang-orang shaleh dan keterlibatannya dalam barisan dakwah

๐ŸŒบ Kedua : Ia juga akan merasakan “Istildzadz al-masyaqat”, lezatnya menghadapi berbagai kesulitan dan kesusahan dalam berdakwah. Kelelahan, keletihan, dan hal-hal yang menyakiti perasaannya akibat celaan orang karena menjalankan syariat Islam, atau bahkan mencederai fisiknya, semua itu semakin membuatnya nikmat dalam berdakwah. Semua inilah yang akan senantiasa melahirkan manisnya Iman.

๐ŸŒบ Ketiga : “Istildzaadz at-thaa’ah”, lezatnya ketaatan kepada Allah ditunjukan oleh wanita Anshar dan Muhajirin, tatkala turun wahyu yang memerintahkan mereka untuk berhijab dan menutup auratnya, mereka langsung meresponnya dengan senang hati dan lapang dada, tanpa merasa berat sedikitpun.

๐ŸŒบAisyah ra. yang menjadi saksi mata atas hal ini berkata :

“Semoga Allah merahmati wanita Anshar dan Muhajirin, tatkala turun kepada mereka ayat “hendaknya mereka mengenakan kain panjang (jilbab) sampai ke atas dada mereka,” mereka memotong kain-kain mereka, lalu mereka menjadikan kain-kain itu sebagai penutup kepalanya.

๐Ÿ”บ 2. ia mencintai seseorang, tidaklah mencintainya melainkan karena Allah

๐ŸŒบMenjadikan cinta kepada Allah menjadi pangkal dari cabang cinta kepada yang lain, yaitu mencintai orang lain semata-mata karena dan untuk Allah swt., sehingga dalam mencintai ia tetap mengikuti prosedur dan mekanisme cinta yang telah ditetapkan oleh Allah dalam Al-Qur’an dan Sunnah, misalnya tidak berkhalwat, menyegerakan akad nikah dan menghindari perbuatan yang mendekati pada perzinahan. (tidak pacaran) (QS. 24 : 30-31, 33 : 59)

๐Ÿ’3⃣
▶Pilar selanjutnya...

๐Ÿ”บ 3. Ia membenci untuk kembali kepada kekafiran

๐ŸŒบMembenci kesyirikan dan kekafiran sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam api.
Kebencian terhadap kesyirikan dan segenap. bentuk kekafiran diwujudkan dengan senantiasa memohon kepada Allah Swt agar diselamatkan dari kekufuran dan agar hatinya selalu dikokohkan di atas keimanan.
Hal itu diwujudkan pula dengan berusaha mengenali kekafiran agar ia bisa menghindarinya.

๐ŸŒบBilal bin Rabah ra, salah seorang sahabat peraih surga, adalah salah satu sosok teladan dalam mempertahankan iman. Hatinya diliputi kecintaan kepada iman dan kebencian kepada kekufuran. Saat beliau disiksa oleh orang kafir Quraisy di kota Makkah di awal dakwah Islam, beliau dipaksa meninggalkan Islam.

๐ŸŒบApakah kemudian beliau melepaskan keimanan..?
Tidak! Beliau justru mengatakan, “Ahad! Ahad!” Beliau tetap berada dalam agama tauhid hingga datang pertolongan Allah Swt. Abu Bakar Siddiq membelinya dan membebaskannya dari perbudakan.

๐ŸŒบKeluarga Yasir adalah contoh lain dari pengorbanan mempertahankan Islam. Orang kafir Quraisy menyiksa keluarga yang mulia ini. Yasir dan istrinya, Sumayyah, memperoleh kesyahidan. Darah keduanya tertumpah dalam keadaan ridha kepada Allah Swt dan Allah Swt ridha kepada keduanya.
Jannah mereka raih setelah mereka merasakan manisnya iman dalam kehidupan dunia.

๐ŸŒบRasulullah SAW bersabda kepada mereka,
ُ
“Berbahagialah kalian wahai keluarga ‘Ammar, wahai keluarga Yasir, karena sungguh tempat yang dijanjikan untuk kalian adalah al-Jannah.” (Lihat Shahih as-Sirah an-Nabawiyah,)

๐ŸŒบMereka adalah kaum yang telah berlalu. Mereka meninggalkan dunia dengan penuh kebahagiaan. Tinggallah kita merenungi nasib kita masing-masing dan bertanya,

❓“Sudahkah cinta saya kepada Allah Swt dan Rasul-Nya lebih dari segalanya..?
❓Sudahkah cinta dan benci saya karena Allah Swt..?
❓Sudahkah saya dapatkan kebencian kepada kekufuran sebagaimana saya membenci diri saya dilemparkan ke dalam api..?”

๐ŸŒบAmar bin Yasir ra berkata, “Ada tiga hal yang barangsiapa berada di dalamnya ia merasakan manisnya keimanan, berinfak dari kekikiran, bersikap adil terhadap manusia dari dirinya, dan mengupayakan keselamatan (salam) bagi alam.” (Diriwayatkan Abdurazzaq, Bukhari mencantumkannya di kitab Al-Iman).

๐ŸŒบHadits yang dibawakan oleh Amar bin Yasir ra. tersebut di atas, juga menjelaskan tentang tiga hal yang dapat mendatangkan manisnya iman
๐Ÿ”บ Pertama : berinfak secukupnya, tidak berlebihan sehingga menzalimi hak-hak yang lainnya, tapi juga tidak kikir dengan hartanya
๐Ÿ”บ Kedua : bersikap objektif, tidak menghalanginya untuk berbuat baik dan adil kepada manusia, walaupun ada kaitannya dengan kepentingan diri sendiri, misalnya walaupun disakiti dan dizalimi oleh seseorang, tetapi tidak menghalanginya untuk memaafkannya dan tetap berbuat baik kepadanya
๐Ÿ”บ Ketiga : Menebarkan kesejahteraan kepada seluruh alam semesta, memperjuangkan  sesuatu demi kebaikan manusia dan seluruh makhluk lainnya, seperti dengan melakukan kegiatan amal siasi maupun amal khidam ijtima’i (kegiatan sosial)

๐ŸŒบIbnu Mas’ud juga berkata, “Ada tiga hal yang barangsiapa berada di dalamnya akan merasakan manisnya iman, menghindari perdebatan dalam hal kebenaran, tidak berdusta dalam bercanda, dan menyadari bahwa apa yang akan menimpanya bukan karena kesalahannya dan apa kesalahannya tidak menyebabkan ia tertimpa (musibah).” (Diriwayatkan Abdurrazzaq).

~๐Ÿ“–~

ุงู„ู„َّู‡ُู…َّ ุฒَูŠِّู†َّุง ุจِุฒِูŠู†َุฉِ ุงู„ْุฅِูŠู…َุงู†ِ ูˆَุงุฌْุนَู„ْู†َุง
ู‡ُุฏَุงุฉً ู…ُู‡ْุชَุฏِูŠู†َ

“Ya Allah, hiasilah kami dengan hiasan iman dan jadikanlah kami teladan yang membimbing dan mendapatkan bimbingan.”

Aamiin Allahumma Aamiin.

Wallahu A'lam bishawab

๐Ÿ’4⃣๐Ÿ”š

Berdoa dan pahami semoga membawa fadhillah bagi kehidupan.


Tanya jawab:
Pertanyaan:
Bgmn kiat2 ksabaran dlm beriman Umi yanti OS 106๐Ÿ™‹
Ketika sabar diperintahkan Allah kepada kita semua, maka Diapun adakan sebab-sebab yang membantu dan memudahkan seseorang untuk sabar. Demikian juga tidaklah Allah memerintahkan sesuatu kecuali membantu dan mengadakan sebab-sebab yang memudahkan dan membantu pelaksanaannya sebagaimana Ia tidak mentaqdirkan adanya penyakit kecuali menetapkan obatnya. Sabar walaupun sulit dan tidak disukai jiwa, apalagi bila disebabkan kelakuan dan tindakan orang lain. Akan tetapi kesabaran harus ada dan diwujudkan. Ada beberapa kiat yang dapat membantu kita dalam bersabar dengan ketiga jenisnya, diantaranya: 1. mengetahui tabiat kehidupan dunia dan kesulitan dan kesusahan yang ada disana, sebab manusia memang diciptakan berada dalam susah payah, sebagaimana firman Allah: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah. (QS. 90:4) 2. beriman bahwa dunia seluruhnya adalah milik Allah dan Dia memberinya kepada orang yang Dia sukai dan menahannya dari orang yang disukaiNya juga. 3. mengetahui besarnya balasan dan pahala atas kesabaran tersebut. Diantaranya: a. Mendapatkan pertolongan Allah, sebagaimana firmanNya: Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. 2:249) b. Mendapatkan sholawat, rahmat dan petunjuk Allah, sebagaimana firmanNya: Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:”Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. 2:155-157) c. Sabar adalah kunci kesuksesan seorang hamba, sebagaimana dijelaskan Allah dalam firmanNya: Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung. (QS. 3:200). 4. yakin dan percaya akan mendapatkan pemecahan dan kemudahan sebab Allah telah menjadikan dua kemudahan dalam satu kesulitan sebagai rahmat dariNya. Inilah yang difirmankan Allah: Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. 94:5-6) 5. Memohon pertolongan kepada Allah dan berlindung kepadaNya, karena Allah satu-satunya yang dapat memberikan kemudahan dan kesabaran, 6. Beriman kepada ketetapan dan takdir Allah dengan meyakini semuanya yang terjadi sudah merupakan suratan takdir. Sehingga dapat bersabar menghadapi musibah yang ada. 7. Ikhlas dan mengharapkan keridhoan Allah dalam bersabar. Hal ini dijelaskan Allah dalam firmanNya: Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Rabbnya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rejeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (QS.Al Ra’d 13:22) 8. Mengetahui kebaikan dan manfaat yang ada dalam perintah dan keburukan yang ada dalam larangan. Ibnul Qayyim menyatakan: Apabila seorang mengetahui kebaikan yang ada pada amalan yang diperintahkan dan akibat buruk dan kejelekan yang ada pada amalan yang dilarang sebagaimana mestinya. Kemudian ditambah dengan tekad kuat dan motivasi tinggi serta harga diri maka insya Allah akan dapat bersabar dan semua kesulitan dan kesusahan menjadi mudah baginya. 9. Menguatkan factor pendukung agama dalam setiap kali menghadapi perintah, larangan dan musibah yang ada. Hal ini dapat dilakukan dengan empat perkara: a. Mengagungkan Allah yang maha mendengar dan meilhat. Seorang yang senantiasa ada di hartinya pengagungan terhadap Allah, tentunya dapat bersabar dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Bagaimana Dzat yang maha agung dimaksiati padahal Dia maha melihat dan mendengar? . b. Menumbuhkan rasa cinta kepada Allah, sehingga ia melaksanakan perintah dan meninggalkan kemaksiatan karen mencintai Allah. Demikian juga akan bersabar atas ujian kekasihnya. Hal ini disebabkan orang yang mencintai tentu akan menaati kekasihnya dan tidak ingin dimurkai serta dapat menahan diri atas semua ujian yang diberikan kepadanya. c. Menampakkan dan mengingat nikmat dan kebaikan Allah, sebab orang yang mulia tidak akan membalas kebaikan orang lain dengan kejelekan. Oleh karena itu mengingat nikmat dan karunia Allah dapat mencegah seseorang dari bermaksiat karena malu denganNya dan memotivasi melaksanakan perintahNya serta merasa semua musibah yang menimpanya merupakan kebaikan yang Allah karuniakan kepadanya. d. Mengingat kemarahan, kemurkaan dan balasan Allah, karena Allah akan marah bila hambaNya dan bila murka tidak ada seorangpun yang dapat menahan amarahNya. Sehingga dengan melihat sepuluh kiat dari kiat-kiat bersabar dalam tiga jenis kesabaran ini, mudah-mudahan dapat menjadikan diri kita termasuk orang-orang yang bersabar
Jawaban:


Pertanyaan :
2⃣
Assalamualaikum wr wb umi lisna ini devie dari OS_95 umi saya ingin bertanya caranya untuk menetapkan hati pada keyakinan (iman)  itu gimana yah umi?  Terima kasih

Jawaban setiap manusia diciptakan dalam.keadaan islam dan orangtuanyalah yang menjadikan bayi yang terlahir menjadi kafir.dan kita terlahir dalam keadaan islam.namun kewajiban kita sama yakni mencari hidayah Allah.dan yakinkan dalam hati bahwa apa yang kita lakukan adalah sebuah kebenaran yang bersandar kepada dalil yang benar bukan perasaan semata
Pertanyaan :

Nataza 118
Ana mau bertanya bagimana dengan orang yang suka kepo dengan ke imanan orang lain? Apa itu boleh? Apakah orang yang dulunya semangat dan berbondong2 mencari kebaikan di karenakan temannya yang selalu beriman dan menghindar dari larangan allah tapi suatu ketika mereka pisah malah jauh dari allah dan tak berpakaian syari, apa kah itu termasuk jauh dari allah dan imannya lemah karena tak bisa menjaga keistiqomahan? Bagaimana dengan orang yang imannya naik turun di karenakan tak ada satupun teman yang seperti dia(yg hijrah di jalan allah) berikan tipsnya,
Trimakasih


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sandaran Hati

Ada Apa dengan Kista?