Ahlu Sunnah wal Jama’ah dan Syiah

Istilah Ahlu Sunnah wal Jama’ah merupakan frase (gabungan kata), terdiri daritiga kata utama, yaitu, Ahlu, Sunnah dan Jama’ah. Ahlu artinya pengikut. Ahlu Sunnah berarti pengikut sunnah, sementara Ahlu Jama’ah berarti pengikut Jama’ah.
Ahlu Sunnah adalah orang yang mengikuti Sunnah dan berpegang teguh dengannya, yaitu para Shahabat dan setiap Muslim yang mengikuti jalan mereka sampai hari kiamat.

Imam Ibnu Hazm dalam Al Fashl II/107 berkata,” Ahlu Sunnah adalah pengikut kebenaran. Selain mereka adalah Ahlu Bid’ah. Ahlu Sunnah adalah para Shahabat dan orang-orang yang mengikuti jalan mereka dari kalangan Tabi’in, lalu para ulama hadits, lalu para ulama fikih dari satu generasi ke generasi selanjutnya sampai hari ini dan juga masyarakat secara umum yang mengikuti mereka baik dibelahan bumi barat maupun timur.”
 Dari sini jelas bahwa Ahlu Sunnah adalah setiap Muslim yang mengikuti jejak para Shahabat. Ahlu Sunnah bukan monopoli golongan tertentu. Tidak benar bila sebagian kelompok umat Islam menganggap dirinya satu-satunya Ahlu Sunnah sementara kelompok lainnya bukan Ahlu Sunnah.

Ahlu Sunnah juga buka sekedar nama namun lebih dari itu ia merupakan Manhaj, jalan hidup para Shahabat yang harus dipraktekkan. Ukuran apakah seseorang termasuk Ahlu Sunnah atau bukan, TIDAK terletak pada nama yang disandangnya semata (seperti menamakan kelompoknya sebagai kelompok Ahlu Sunnah), namuun sesuai atau tidaknya jalan hidupnya dengan petunjuk Rasulullah dan para Shahabat.

Jadi tidak setiap orang yang mengklaim dirinya atau kelompoknya atau organisasinya atau jama’ahnya sebagai Ahlu Sunnah itu benar-benar Ahlu Sunnah (mengikuti petunjuk Rasulullah dan para Shahabat).
 Jadi, paham ya bahwa Ahlu Sunnah wal Jama'ah atau dengan sebutan Sunni bukanlah sekedar nama kelompok akan tetapi melainkan Sunni adalah Manhaj.
 Sejarah Penamaan Ahlu Sunnah

Sejarah munculnya penamaan Ahlu Sunnah, ini sudah popular semenjak zaman Imam Ahmad bin Hanbal (780-785 M). yaitu untuk menyebut permasalahan ushuluddin dan I’tiqadiyah serta membedakannya dengan pengikut hawa nafsu (ahlu ahwa) semisal mu’tazilah, rafidhah, shuffiyah dan ahlu kalam (Abdul Karim Al-Aql dalam Mafhum Ahlu Sunnah Wal Jama’ah ‘Inda Ahlis Sunnah Wal Jama’ah, 1992, hal.62).
Lalu muncul lagi pada masa Abul Hasan al-Asy’ari di Bashrah (873-935 M.), seiring perlawanannya terhadap faham rasionalisme Mu’talizah yang dikumandangkan para khalifah ‘Abbasiyah sejak Al-Ma’mun 813-833M.), Al-Mu’tashim (833-842 M.) dan Al-Wasiq (842-847 M). kemudian diikuti oleh muridnya Abu Manshur Al Maturudi di Samarkand (w. 944 M.).
Demikian pula pada masa berikutnya, pembelaan-pembelaan terhadap ahlu sunnah terus disemarakkan.

Ibnu Taimiyyah (1263-1328 M.) terus melakukan pembersihan aqidah dan syari’ah dengan bantahan-bantahan yang merujuk kepada faham Imam Ahmad bin Hanbal sehingga ia memberikan gelar panutannya dengan imamus sunnah.
 Di Indonesia khususnya, terjadi kerancuan dan kesalahan. Dimana masing-masing mengklaim dirinya sebagai Ahlu Sunnah wal Jama’ah atau dengan sebutan Sunni. Ada yang mengatakan, “Jika dikatakan Ahlu Sunnah wal Jama’ah maka yang dimaksud adalah al-Asy’ariyah dan Maturudiyah”, perkataan ini sungguh sangat tidak tepat, karena hal seperti ini akan menimbulkan fitnah, dan bagi paham yang mengembalikan al-Qur’an dan as-Sunnah as-Shahihah (di luar ‘Asy ‘ariyyun dan Maturudiyun) dikesankan sebagai paham yang mengerikan, seperti halnya sebutan Wahhabi. Bukankah istilah Wahhabi itu sendiri dimunculkan oleh orang-orang yang tidak senang terhadap ajaran Islam yang didakwahkan oleh Muhammad bin Abdil Wahhab?
 Jadi, lebih selamat apabila mengartikan ahlu sunnah wal jama’ah pendekatannya lebih kepada makna sifat bukan nama kelompok saja. Kalau pun harus nama kelompok, maka substansinya adalah makna sifat yang terkandung dalam hadits-hadits Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, bahwa ahlu sunnah wal jama’ah adalah mereka yang mengikuti jejak Rasulullah dan jejak langkah para Shahabatnya, mereka adalah cerminan mayoritas ummat terbaik.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Wahabi

Istilah Wahabi merujuk kepada paham atau ajaran dakwah yang dipelopori oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At-Tamimi An-Najdi (selanjutnya disingkat Syaikh Muhammad). Namun istilah Wahabi itu bukanlah istilah yang dianut atau dipakai oleh para pengikut Syaikh Muhammad.
Istilah Wahabi berasal dari kalangan muslim atau non muslim yang rata-rata membenci dakwah Syaikh Muhammad. Minimal bersikap sinis. Penggunaan istilah Wahabi pada awalnya ditujukan untuk stigmatisasi (membuat citra buruk).
Adapun istilah yang resmi diakui di kalangan pengikut dakwah Syaikh Muhammad ialah Ahlu Sunah, Salafiyah, atau Salafi (Salafiyun). Tapi ada pula yang tidak menyandarkan pada istilah tertentu.
Dalam perjalanan waktu, istilah Wahabi menjadi popular, khususnya di mata kalangan non-Wahabi.
Dalam buku "Bersikap Adil Kepada Wahabi", penulisnya (AM WAskito) mendefinisikan Wahabi sebagai: Ajaran, paham, atau gerakan dakwah yang dirintis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab pada abad ke-18. Beliau perjuangkan bersama pengikutnya di wilayah Najd, yang kemudian pengaruhnya meluas ke wilayah Kerajaan Saudi dan wilayah luar Saudi.
Meskipun sebenarnya kalau Wahabi dinisbatkan ke Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab kurang pas. Karena Abdul Wahhab sendiri adalah ayahnya Syaikh Muhammad.
 Jika yang dimaksud kan ajaran Wahabi adalah ke Syaikh Muhammad.Sedangkan ajaran yang dibawa oleh Syaikh Muhammad berlandaskan Al Qur'an dan As Sunnah.
Adapun apabila ada yang mengatakan ajaran Syaik Muhammad adalah sesat jelas itu tidak benar.
Mungkin karena dakwah pengikutnya yang tidak mendalami seutuhnya ajaran yang dibawa menjadikan mereka mudah untuk menjustifikasi kelompok lain. Baik yang menamakan kelompoknya Aswaja maupun Wahabi sebenarnya masih satu yaitu Sunni.
Sunni itu Islam. Dan Islam itu Sunni.Iya, hanya saja ada perbedaan pemahaman diantara keduanyaTapi, masih tetap Islam.
Perbedaan nya dalam memahami suatu masalah. Dan masing-masing memiliki ijtihad sendiri.
Jadi, jika kita hargai pendapat masing-masing. Dan apabila kita tidak memiliki keilmuan yang mumpuni jangan ikut-ikutan saling menyalahkan satu sama lain
Meskipun, memang ada yang tidak sesuai Al Qur'an dan As Sunnah dan ini yang berhak menjelaskan adalah mereka yang telah mengetahui ilmunya.

Terkait tentang Syi'ah : bahwa ajaran Syi'ah sudah keluar Dr manhaj Ahlu Sunnah wal Jama'ah. Itu artinya sudah keluar dr ajaran Islam.
Karena Syi'ah memiliki Rukun Iman dan Rukun Islam yang berbeda dengan Sunni
Dan juga Syi'ah suka mencela para Sahabat Nabi. Sedangkan dalam Islam kita harus mencintai para Sahabat Nabi, Iya karena hal itu termasuk dasar dalam beraqidah
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pengertian Syi'ah

Syiah secara etimologi (bahasa) berarti pengikut dan pembela/penolong seseorang.

Selain itu juga berarti setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara. [Al-mishbah al-munir (1/171), Lisan al-'arab (8/188)].

 Adapun secara istilah syari'at berarti mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib رضي الله عنه adalah sebaik-baik manusia setelah Rasulullah صلى الله عليه و سلم dan yang lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin (sepeninggal Rasulullah), demikian pula anak cucu sepeninggal beliau (terutama dari garis keturunan Husain رضي الله عنه). [Ibnu Hazm, al-fishal fil Milal wal Ahwa wan Nihal (2/90)].

Kemudian istilah Syiah ini mulai bergeser, terutama ketika kaum zindiq dan munafiq masuk kedalamnya dan menghembuskan pemikiran-pemikiran sesatnya.

Di antara kaum zindiq yang sudah masyhur di telinga kita adalah Abdullah bin Saba' Al-Aswad -qabbahallahu wajhah-, seorang Yahudi Yaman yang berpura-pura masuk Islam dalam rangka ingin menghancurkan Islam dari dalam.

Bermula dari sinilah Syiah mengalami banyak penyimpangan.

 Penyimpangan yang pertama kali dicetuskan oleh Ibnu Saba' ini adalah anggapan bahwa Ali bin Abi Thalib adalah Ilah (sesembahan). Paham yang disebarkan oleh Ibnu Saba' inilah yang dikenal dengan paham Saba'iyah.

 Kemudiam setelah itu, Syiah mulai berkembang dan berpecah belah menjadi banyak sekte, sampai dikatakan oleh Al-Miqrizi mencapai 300 sekte yang kesesatan mereka bertingkat-tingkat. [Abdullah bin Muhammad, Menyingkap Hakikat Aqidah Syiah, hal 9.
 Perbedaan Rukun Iman dan Rukun Islam antara Ahlu Sunnah wal Jama'ah dan Syi'ah

Rukun Iman Sunni :
1. Iman kepada Allah SWT. 2. Iman kepada para Malaikat Allah SWT.
3. Iman Kitab-kitab Allah SWT.
4. Iman kepada para utusan Allah SWT.
5. Iman kepada hari Kiamat. 6. Iman kepada Taqdir yang baik dan yang buruk.

 Perhatikan Rukun Iman Syi'ah :
1. Percaya kepada ke-Esa-an Allah SWT (At Tauhid)
2. Percaya kepada keadilan (Al-'adalah)
3. Percaya kepada kenabian (An-Nubuwah)
4. Percaya kepada Imamah (Al Imamah)
5. Percaya kepada Hari kiamat (Al Ma'ad).

Bisa terlihat jelas dari rukun iman saja telah berbeda. Dalam buku "49 Masalah Syi'ah", sebuah buku yang ditulis oleh Ibu Emilia Renita AZ, istri dari Jalaludin Rakhmat, menyatakan dengan jelas bahwa perumusan rukun iman kalangan Syi'ah berbeda dengan Ahlu Sunnah.
Adapun Rukun Islam Syi'ah :
 1. Shalat
2. Puasa
3. Zakat
4. Khumus
5. Haji
6. Jihad
7. Amar Ma'ruf dan Nahi Munkar
8. (nomor delapan tidak ada)
9. Tawalla (membenci apa yang dibenci Rasulullah SAW dan Ahlul Baitnya)
10. Tabarra (mencintai apa yang dicintai Rasul SAW dan Ahlul Baitnya)
11. Amal Saleh Kemudian ada pendapat lain dari kalangan Syi'ah masalah rukun islam, ada yang menyebutkan rukun islam syi'ah ada 5 akan tetapi berbeda satu dengan Ahlu Sunnah.

 Perhatikan dibawah ini : Rukun Islam Sunni :
1. Syahadat
2. Shalat
3. Zakat
4. Puasa
5. Haji

Adapun Rukun Islam Syi'ah :
 1. Shalat
2. Zakat
3. Puasa
4. Haji
5. Al-Wilayah (meyakini Kepemimpinan 12 Iman Syi'ah).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sandaran Hati

Ada Apa dengan Kista?